- Version
- Download 0
- File Size 135.01 KB
- File Count 1
- Create Date 28 Jun 2019
- Last Updated 28 Jun 2019
Tribratanews.jateng.polri.go.id, Kota Surakarta – Kapolda Jawa Tengah (Jateng) Irjen Pol Dr. H. Rycko Amelza Dahniel M.Si menghadiri kegiatan Doa Untukmu Negeri yang digelar di sepanjang jalan Adi Sucipto, Solo, Rabu (26/6) sore. Selain Kapolda, Pangdam IV Diponegoro Mayjend TNI Mochamad Effendi, KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq juga terlihat hadir dalam kegiatan yang diikuti ribuan warga tersebut.
Pada kesempatan itu, Kapolda menyampaikan, bahwa kegiatan ini sebagai bentuk silaturahmi dan juga halal bihalal antara TNI, Polri dan juga warga masyarakat.
“Kami ingin menyampaikan pesan dari Kota Solo, bahwa Jawa Tengah damai, Indonesia damai. Indonesia menolak segala bentuk kekerasan dan kerusuhan,” tegasnya disela kegiatan.
Kapolda juga menyampaikan, bahwa pesan dari Solo ini bisa disampaikan kepada seluuh warga masyarakat di seluruh Indonesia. Sehingga, bisa menghadirkan kesejukan dan tetap menjaga persatuan dan kesatuan NKRI.
“Kita berdoa untuk negeri, untuk persahabatan dan kesatuan. Negara Indonesia adalah negeri yang subur dan makmur. Indonesia tanpa kekerasan,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Kapolda juga mengajak seluruh peserta baik dari Polri, TNI dan juga warga masyarakat untuk beikrar menjaga kedamaian di Negara Indonesia. Ikrar tersebut diikui seluruh oeserta Doa Untukmu Negeri.
“Tolak kerusuhan, Jateng damai. Indonesia damai, indonesia tanpa kekerasan,” ucap Kapolda saat berikrar. Pada kesempatan yang sama, Gus Muwafiq memberikan tausiyah kepada peserta. Dalam tausiyahnya, ulama dari Jogjakarta itu mengajak seluruh warga Indonesia untuk bersatu dalam sebuah perbedaan.
“Kita telah diajarkan untuk bersatu dalam perbedaan. Perbedaan dan saling mengerti akan menantarkan kita menjadi bangsa yang semakin maju,” terang Gus Muwafiq. Kemudian Gus Muwafiq juga menyampaikan, bahwa tantangan terbesar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah peralihan dari masyarakat yang normatif menjadi masyarakat milenial.
Dimana masyarakat milenial ini sangat mandiri. Semua kegiatan bisa dilakukan secara mandiri. “Hoak adalah sampah peradaban baru. Antara hoak dan fakta, merupakan sebuah kenyataan yang akan dilewati bangsa ini,” katanya. (SeruIndonesiadotcom)