tribratanews.jateng.polri.go.id/ – Keberadaan komunitas bermotor bukan masalah selama tidak melakukan hal-hal negatif. Agar keberadaannya tidak membuat warga resah, sebaiknya para anggotanya tidak berpenampilan layaknya preman dan menghindari kegiatan yang menjurus kepada kriminalitas.
“Yang masalah itu manakala mereka melakukan tindakan premanisme, apalagi sampai melakukan tindak pidana. Jadi komunitas motor itu boleh-boleh saja asal jangan dimasuki dengan gaya-gaya preman atau malah preman yang masuk,” jelas Kapolsek Jati Resor Blora AKP Sugito SH. Minggu (29/01/17)
AKP Sugito mengkhawatirkan akan terjadinya tindak kriminal makala komunitas tersebut bergaya preman. “Nanti tindakannya pasti premanisme dan yang terjadi di beberapa wilayah itu ya preman masuk komunitas motor. Tingkah lakunya premanisme. Padahal kelompok motor lain banyak yang positif,” kata Kapolsek Jati.
Hal ini seperti telah dilakaukan oleh Bhabinkamtibmas Polsek Jati Resor Blora yang menemui anak-anak muda komunitas RX King yang sedang berkumpul dan ngopi bareng di warung pasar Doplang.
Aipda Prayitno dalam binluhnya menyebutkan Kami dari pihak Kepolisian menghimbau terhadap para komunitas yang sedang berkumpul agar selalu tertib dalam berlalu lintas. Hindari pelanggaran lalu lintas sekecil apapun, hindari sikap arogan, premanisme dan ugal-ugalan di jalan raya. Jaga citra baik komunitas,” katanya.
Selain itu, dirinya selaku Bhabinkamtibmas berharap agar komunitas tersebut mampu menjadi contoh sikap yang baik dan sekaligus sebagai pelopor tertib lalu lintas. “Kami berharap agar komunitas club motor menjadi contoh bagi pengguna jalan lain, sekaligus sebagai pelopor keselamatan berlalu lintas,” harapnya.
Tidak lupa Aipda Prayitno memberikan imbauan kepada para anggota club untuk selalu melengkapi kelengkapan kendaraan sepeda motor yang akan digunakan di jalan raya seperti surat-surat pelengkap maupun sepion dan perlengkapan motor standar. Selain itu, diberikan pembinaan tentang kampanye perang terhadap narkoba, dan pergaulan bebas yang dapat merusak nilai dan norma sosial di masyarakat.
Adanya kumpulan-kumpulan komunitas motor yang sering nongkrong di sudut-sudut jalanan juga bukan masalah. Sepanjang kegiatannya bukan menjurus kepada aksi-aksi yang mengganggu warga masyarakat sekitarnya.
“Engga masalah mereka kumpul terus mencari kegiatan positif. Yang punya anggaran mungkin mereka bisa touring atau bakti sosial, yang tidak punya mojok di tempat tertentu menghabiskan waktu,” papar AKP Sugito SH.
Ia menambahkan, setiap perkumpulan komunitas motor memiliki warna tersendiri, tergantung dari pribadi-pribadi dalam komunitas tersebut. Manakala komunitas tersebut disusupi “preman”, maka timbullah stigma negatif akan keberadaan komunitas motor ini.