Tribratanews.jateng.polri.go.id, Surakarta –Untuk cegah dan berkembangnya faham Radikalisme di Indonesia khususnya di Kota Solo, bertempat di Aula Kelurahan Danukusuman Kecamatan Serengan Kota Surakarta telah berlangsung giat (FGD) Focus Group Discusion Kapolresta Surakarta bersama masyarakat Kelurahan Danukusuman dengan tema “Bahaya Faham Rasikalisme, Penyalahgunaan Narkoba dan Berita Hoax” yang diselenggarakan oleh Sat Binmas Polresta Surakarta dengan Kelurahan Danukusuman, Selasa Malam (11/02/2020).
Hal tersebut diselenggarakan dengan tujuan agar masyarakat faham dan mengetahui apa tujuan sebenarnya dari faham Radikalisme serta bahaya Narkoba dan berita hoax.
Berita hoax adalah berita yang tidak jelas sumbernya dengan tujuan menciptakan rasa takut di masyarakat dan menjadi resah sehingga faham Radikalisne yang dia ajarkan dapat berkembang dengan harapan masyarakat mau mengikuti ajaran tersebut. Lewat FGD Sat Binmas Polresta Surakarta mengajak segala lapidan masyarakat untuk tidak mengikuti faham Radikalisme tersebut.
Dalam kegiatan tersebut Kapolresta Surakarta Kombes Pol. Andy Rifai, S.I.K, MH menekankan beberapa hal. Kegiatan ini merupakan bentuk silaturohmi Kepolisian kepada masyarakat Kota Surakarta.
Tujuan kami kesini untuk bertatap muka langsung serta berdialog dengan masyarakat terkait dengan masalah keamanan dan ketertiban. Yang menentukan leading sektor keamanan adalah masyarakat sendiri Polsek hadir untuk menetralkan daerah yang dianggap rawan keamanan oleh masyarakat itu sendiri.
Jadi nanti saya harapkan kalo ada permasalahan harap disampaikan langsung, nanti kita pikirkan bersama solusinya, karena tugas kepolisian tidak akan bisa maksimal kalau tidak ada peran aktif dari masyarakat itu sendiri.
“Terorisme adalah embrio daripada paham intoleran yang mana awalnya mereka terlalu fanatik dengan faham yang mereka anut yang akhirnya diluar faham mereka dianggap salah. Mereka tidak mau menerima perbedaan agama, budaya dll, lalu bertindak anarkis terhadap kelompok yang lain sehingga timbullah kebencian dan menjurus kepada aksi teroris” terang Kapolresta.
Sebagaimana kita tahu di suriah ada sekitar 700 ribu pengungsi dan 500 diantaranya adalah WNI, mereka dulu berangkat dengan semangat berapi-api ingin berperang mewujudkan negara Suriah menjadi negara khilafah atau biasa disebut ISIS. Dulu mereka rela meninggalkan status WNI dengan dibai’at sumpah setia terhadap ISIS bahkan itu ditunjukkan dengan membakar paspornya sendiri, berarti sudah jelas mereka sudah bukan WNI lagi.
Banyak kelompok, LSM, advokat yang menyuarakan agar negara memulangkan mereka dengan alasan HAM tapi itu hanyalah pendapat yang pro atau sepaham dengan mereka.
Dulu ada WNI yang ikut berperang di Afganistan setelah selesai pulang malah timbulah aksi bom bali 1, bom bali2, bom kuningan, bom kedutaan dll, sehingga sangat sangat riskan sekali memulangkan mereka tidak ada yang bisa menjamin, pemerintah tidak mau mengambil resiko dengan mengorbankan masyarakat yang lain.
“Di wilayah kita banyak ditemukan kelompok intoleran yang melakukan keributan dan mereka itu adalah Pok minoritas. kita sebagai Pok mayoritas jangan diam saja kalau mereka beraksi, minimal memukul kentongan kumpulkan warga kalau bisa ditangkap serahkan kepada kepolisian, kalau kita berani mereka juga akan mikir. Kita juga harus selektif kalau ikut kelompok pengajian, pahami dulu alirannya agar kita tidak terjerumus” papar Kapolresta.