Tribratanews.jateng.polri.go.id, Kudus – Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan saat menjadi narasumber di Focus Group Discussion (FGD) menyatakan Intoleransi menjadi pintu masuk radikalisme dan terorisme.
Pada FGD yang digelar Senin (16/04/2018) di Gedung Muria Ballroom hotel @HOM Kudus, Polres Kudus mengambil tema Antisipasi Radikalisme, Terorisme, dan Intoleransi guna mewujudkan Pilkada serentak 2018 yang damai.
Kapolres Kudus AKBP Agusman Gurning Sik,MH saat membuka acara tersebut menyatakan bahwa keberagaman konflik yang terjadi atas nama suku, agama, ras dan antargolongan belakangan ini terjadi di tahun politik untuk perebutan kekuasaan. Ketimpangan ekonomi dan beragam masalah sosial kemasyarakatan serta budaya, sedikit banyak berkontribusi terhadap kejadian tersebut. Untuk itu, salah satu langkah yang dapat dilakukan dalam merajut nilai-nilai Kebhinekaan adalah membangun kembali ruang-ruang toleransi dan keberagaman sejak dini.
“Kita akan terus melakukan penerapan pembinaan kepada warga masyarakat Kabupaten Kudus secara Inklusif lewat FGD,” ujar Gurning
Ditambahkannya nilai-nilai persatuan dan kesatuan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari dengan saling menghormati keberagaman suku dan agama serta bisa menghargai pendapat masyarakat.
“Jadikanlah perbedaan sebagai kekayaan, dan perbedaan dapat disatukan dengan semangat persatuan dan kesatuan sehingga akan menciptakan kerukunan antar umat beragama,” tegasnya.
Di tempat yang sama Ken Setiawan pendiri dan Ketua Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center menyatakan Generasi muda rawan direkrut menjadi anggota teroris karena mudah terpengaruh paham radikalisme. Hal itu karena para pemuda dalam perjalanan pencarian jati diri, sehingga keyakinan yang dimiliki mudah goyah. Pelaku radikal adalah korban dari lingkungan yang perekrutannya dengan cara multilifer dari satu orang ke orang lain.
”Banyak sekali pemuda yang terpengaruh paham radikal, menyimpang dari ajaran Islam. Sehingga terpengaruh mengikuti langkah teroris untuk memusuhi sesama warga Indonesia,” ujarnya saat menjadi narasumber.
Ken menceritakan, doktrin yang diberikan kepada kalangan anak muda yakni dengan meyakinkan bahwa hukum di Indonesia ini keliru karena bertentangan dengan Al-Quran. Maka dari itu orang yang tidak menganut hukum Islam, dianggap kafir dan halal darahnya atau layak untuk dibunuh.
Selain Ken Setiawan, Dosen IAIN Kudus DR Abdul Jalil saat jadi nara sumber menyatakan Ada tiga pihak yang tidak mungkin dapat terpisahkan dalam kepentingan yaitu ekonomi, politik, dan ideologi. Apalagi saat Pilkada, ketiganya saling membutuhkan sebagai penggerak politik.
“Beragama, berideologi yang benar adalah
Kekuatan diri sendiri untuk bisa jadi baik dan di bantu oleh kekuatan Allah SWT,” tegasnya
Hadir dalam acara tersebut Kapolres Kudus beserta Pejabat utama, Kapolsek jajaran, Kadisdikpora, Kemenag, mahasiswa, pelajar, karang taruna serta ponpes Kabupaten Kudus.(Humas Kudus)