BrimobFeatured

Iptu Purn. Sugiyanto, Tokoh Heroik Dibalik Selamatnya Candi Borobudur

Tribratanews.jateng.polri.go.id, Boyolali – Tak banyak orang jaman milenial yang tau akan sebuah peristiwa besar 33 tahun yang silam. Salah satu situs warisan budaya dunia, Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah diledakkan oleh sekelompok orang yang melakukan aksi teror.

Tepatnya 20 Januari 1985, sebuah peristiwa besar terjadi. Sekelompok orang tidak bertanggung jawab menempatkan 11 buah bom di stupa-stupa Candi Borobudur. Aksi teror terjadi untuk yang kedua kalinya di Indonesia setelah aksi sabotase pembajakan pesawat terbang Garuda DC 9 Woyla tahun 1981.

Tepat pukul 01.00 WIB dini hari di Januari 1985, bom meledak. Suara begitu menggelegar. 1 demi 1 stupa hancur berkeping-keping.

Hingga sekitar pukul 05.00 WIB, seorang personil Polri Satbrimob Polda Jawa Tengah diperintahkan oleh Dansat Brimob Kolonel Pranoto (Kasat Brimob waktu itu-red) untuk mendatangi TKP Candi Borobudur dan menjinakkan bom yang belum meledak.

Beliau adalah Iptu Purn. Sugiyanto (saat itu berpangkat Serka-red). Putra kebanggaan Boyolali yang dengan berani mendatangi bom-bom yang belum meledak di Candi Borobudur itu.

Pria yang pada 1 Agustus lalu genap berusia 73 tahun ini melakukan aksi heroik dengan menjinakkan 2 bom yang ditemukan belum meledak dalam Operasi Pembersihan (Sterilisasi) lokasi Candi Borobudur. Dalam Operasi Pembersihan itu, Iptu Purn. Puryanto beserta 1 tim Jihandak (sebutan tim jibom saat itu-red) dari Kompi 5155 Brimob Jogja menemukan 2 buah bom siap meledak.

Pelaku teror sejatinya akan meledakkan 11 buah bom di Candi Borobudur. Pukul 08.00 WIB adalah tenggat waktu bom terakhir meledak. 9 buah bom meledak dan 2 bom dapat diamankan oleh Iptu Purn. Sugiyanto. Hebatnya, beliau melakukan penjinakan itu seorang diri.

“Saat itu peralatan belum seperti sekarang. Berbekal seragam dinas Brimob dan tekad baja, saya melakukan aksi penjinakan bom itu. Dalam benak saya, hanya Allah yang dapat menyelamatkan nyawa saya kalau bom itu meledak ketika tengah saya tangani,” ucap Iptu Purn. Sugiyanto mengawali ceritanya.

Lanjut oleh beliau, selain tekad pengabdian, bekal yang beliau bawa dalam aksi heroik itu hanyalah sebuah tool kit standar operator penjinak bom waktu itu, selimut bom, dan sebuah metal detector. Tidak ada Xray seperti saat ini. Seperti kita ketahui, Xray merupakan alat yang dapat menembus sekat sehingga benda yang ada di dalamnya dapat kita ketahui.

“Pada waktu itu, bom terbungkus kertas tebal dengan perekat lakban. Seingat saya, benda itu cukup besar. Saya tidak bisa mengetahui apa isi di dalamnya,” terang Iptu Purn. Sugiyanto menggambarkan benda yang mungkin saja bisa membuat beliau tidak bertemu keluarganya setelah itu.

Sang Pencipta masih menunjukkan kekuasaannya. “Tidak ada kekuatan yang lebih besar dibandingkan kekuatan Allah. Saya berhasil menjinakkan 2 bom yang belum meledak. Dinamit dengan berat sekitar 1 kg, lengkap dengan sebuah inisiator, 2 baterai dan sebuah timer adalah komponen bom yang dapat saya amankan.”

Tanpa body protector dan peralatan canggih, Iptu Purn. Sugiyanto berhasil mencegah 2 stupa luluh lantah karena ledakan.

Dari cerita heroik ini, sebuah nilai pengabdian dapat kita ambil dari seorang Iptu Purn. Sugiyanto. Beliau mengesampingkan keselamatan beliau sendiri demi keselamatan orang lain.

Dari apa yang telah beliau lakukan, beliau diberikan penghargaan oleh Kapolri saat itu berupa kesempatan untuk melanjutkan jenjang karier menjadi seorang perwira Polri.

Namun ada sebuah peristiwa yang mengharuskan beliau kehilangan penglihatan dan kedua tangannya. Itu terjadi ketika beliau memimpin tim jibom melaksanakan sebuah peragaan di Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang.

Kini, beliau telah purna tugas. Di masa senjanya, beliau telah dikaruniai 4 orang anak dan 7 orang cucu. Dengan keterbatasan fisik, beliau tetap semangat menjalani kehidupan beliau bersama keluarga. Beliau tidak pernah menyesal telah kehilangan indra penginderaan dan kedua tangannya karena menjalankan tugas sebagai seorang penjinak bom.

“Jangan memikirkan pamrih, hanya atas dasar pengabdian kita bertugas sebagai seorang Brimob Polri. Dirgahayu Korps Brimob Polri Ke-73. Jaya selalu,” tutup Iptu Purn. Sugiyanto.

PID Detasemen Gegana
Tekkom Satbrimob Polda Jawa Tengah

Berita Terkait