Binmas

PMII Grobogan Ajak Mahasiswa Ikut Membantu Atasi Persoalan Bangsa

Tribratanews.jateng.polri.go.id. Grobogan – Munculnya berbagai persoalan bangsa akhir-akhir ini ternyata juga mendapat perhatian dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Grobogan. Bahkan, organisasi tersebut sempat menggelar acara Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas beragam persoalan tersebut, Kamis (22/2/2018).

Kegiatan yang dilangsungkan di Gedung Muslimat NU itu mengambil tema “Peran PMII dalam pencegahan Radikalisme di Lingkungan Mahasiswa Kabupaten Grobogan”. Kegiatan FGD ini juga dikemas dalam rangka harlah Komisariat Ki Ageng Tarub Ke – 8 PMII Grobogan

Ketua PMII Grobogan Rinduan menyatakan, dalam seminar ini, pihaknya mendatangkan narasumber dari beberapa instansi. Antara lain, dari Polres, dan tokoh masyarakat. Adapun pesertanya adalah puluhan mahasiswa dan sejumlah elemen masyarakat.

“Kita berharap melalui FGD ini, bisa mengerti dengan jelas apa yang dimaksud dengan paham radikalisme. Setelah mengerti, selanjutnya kita berupaya bersam-sama supaya bisa terhindar dari paham-paham tersebut,” jelasnya.

Ia menyatakan, mencermati fenomena yang terjadi saat ini, ditengarai ada upaya yang dilakukan pihak tertentu untuk memecah belah NKRI . Hal itu harus selalu diwaspadai agar upaya pihak tertentu untuk merusak keutuhan NKRI tidak bisa berkembang.

“Kami menolak keberadaan faham radikal apapun masuk ke Indonesia. Untuk itu kita perlu bersatu menangkal faham yang bisa memecah belah persatuan NKRI,” tegasnya.

Pengasuh Ponpes Manba’ul A’laa Ahmad Liwa’ul Hamdi yang jadi narasumber utama menyatakan, ekstremisme adalah kelompok-kelompok garis keras yang mengukur kebenaran pemahaman agama secara ideologis dan politis, bukan berdasarkan semangat rahmat dan spiritual yang terbuka.

Gerakan macam ini sesungguhnya mewarisi kebiasaan ekstrem khawarij yang suka mengkafirkan dan memurtadkan siapapun yang berbeda dari mereka. Gerakan ini memahami keimanan secara monolitik.

Sedangkan literalisme adalah sebuah cara memahami sumber tertulis atau lisan secara apa adanya tanpa memperhatikan situasi dan kondisi yang melatarbelakangi munculnya tulisan atau pernyataan itu. Literalisme menghasilkan pemahaman yang kaku dan tertutup.

Sementara itu, Kanit 5 SatIntelkam Polres Grobogan Ipda Arif Fachrudin Mengucapkan terimakasih atas jalinan kerja sama dengan PMII untuk menangkal radikalisme.

Menurutnya, untuk menangkal penyebaran faham radikal dimulai dari diri pribadi, keluarga dan lingkungan sekitar.

“Kami juga minta masyarakat untuk mewaspadai beredarnya Informasi hoax. Saya harap bisa bersikap bijaksana apabila mendapatkan berita yang kaitannya dengan provokasi agar dipastikan atau ditanyakan dulu kebenarannya,” jelasnya

Berita Terkait